Pengertian
Sastra dan Seni
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya. Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya.
Secara morfologis, kesusastraan dibentuk dari dua kata, yaitu su dan sastra dengan mendapat imbuhan ke- dan -an. Kata su berarti baik atau bagus, sastra berarti tulisan. Secara harfiah, kesusastraan dapat diartikan sebagai tulisan yang baik atau bagus, baik dari segi bahasa, bentuk, maupun isinya. Dalam konteks kesenian, kesusastraan adalah salah satu bentuk atau cabang kesenian yang menggunakan media bahasa sebagai alat pengungkapan gagasan dan perasaan senimannya. Sehingga sastra juga disamakan dengan cabang seni lain seperti seni tari, seni lukis, seni musik, dan sebagainya.
Peranan Sastra
Dengan pembatasan yang ugal-ugalan — “sastra
adalah semua bentuk ekspresi dengan bahasa sebagai basisnya” — wilayah sastra
jadi merebak, merengkuh daerah yang sangat luas. Ke dalamnya sudah tercakup
sastra lisan maupun tulisan.
Prosa, puisi, lakon, skenario, skripsi, risalah
ilmiah, esei, kolom, berita, surat, proposal, catatan harian, laporan, pandangan
mata, pidato, ceramah, transkripsi percakapan, wawancara, iklam, propaganda,
doa dan sebagainya semuanya jadi termasuk sastra, karena mempergunakan bahasa.
Semua sektor kehidupan, seluruh aktivitas manusia
tak bisa membebaskan diri dari bahasa. Bahkan olahraga yang jelas-jelas
menitikberatkan pada aktivitas raga, tetap saja membutuhkan bahasa dalam
menumbuhkan dan mengembangkan dirinya. Dengan cakupan yang begitu dahsyat,
sastra tidak mungkin tidak berguna. Demikianlah mahasiswa yang sedang menekuni berbagai
jurusan, akan selalu, suka tak suka berhubungan dengan sastra.
Bagaimana dengan puisi dan prosa yang merupakan
bagian dari kesusastraan (baca: sastra yang indah). Apakah puisi dan prosa juga
berguna bagi semua mahasiswa, sehingga bukan saja jurusan bahasa dan sastra
tapi juga jurusan sosial, ekonomi dan eksakta berkepentingan mengkaji sastra?
Apa seorang yang ingin menjadi insinyur, dokter, diplomat, pengusaha, perwira,
pemimpin politik, ahli hukum, negarawan dan ulama, perlu membaca sastra?
Di tahun 60-an, pelajaran kesusastraan masih
diajarkan di SMA di semua bagian A,B dan C (budaya, eksakta dan ekonomi).
Tetapi posisinya memang hanya sebagai pendukung pelajaran Bahasa Indonesia. Tak
jarang jam pelajaran kesusastraan dikanibal oleh pelajaran bahasa.
Hal tersebut dimungkinkan, karena pelajaran
kesusastraan tak lebih dari hapalan bentuk-bentuk kesusastraan, riwayat hidup
pengarang, judul karya dan sinopsis buku-buku wajib baca. Tak pernah ditelusuri
secara mendalam (gurunya tak ada yang terdidik ke arah itu) hakekat
kesusastraan itu kaitannya dengan berbagai pemikiran yang ada dalam kehidupan.
Jadinya pelajaran kesusastraan – lebih popular disebut pelajaran sastra saja –
hanya jadi pelajaran tak berguna. Dihapus juga tidak ada akibatnya.
Kesusastraan (prosa dan puisi) sesungguhnya
terkait dengan seluruh aspek kehidupan. Hanya saja karena pemaparannya menempuh
lajur rekaan imajinasi, sehingga nampak semu. Tapi dalam kesemuannya itu,
sastra merefleksikan fenomena hidup beragam dengan mendalam, mengikuti cipta-rasa-karsa
penulisnya.
Untuk itu memang diperlukan kesiapan: apresiasi,
interpretasi dan analisis, sehingga dunia rekaan di dalam sastra jelas
kaitannya dengan seluruh aspek kehidupan. Kritik sebagai perangkat penting yang
sesungguhnya berfungsi menunjukkan arti kehadiran sastra, kebetulan sangat
parah di Indonesia, sehingga kehadiran sastra semakin tenggelam hanya sebagai
hiburan.
Sastra memang memiliki potensi yang hebat untuk
menghibur. Dan karenanya sebagai barang komoditi nilainya tinggi. Kaitannya
dengan bisnis dan industri juga meyakinkan. Sebuah karya sastra dapat meledak,
mengalami ulang cetak setiap tahun dengan oplag raksasa dalam berbagai bahasa.
Namun sastra tidak semata-mata kelangenan, tetapi
juga dokumen perjalanan pemikiran yang menjadi bagian dari perjalanan sejarah.
Uncle Toms’s Cabin karya Beecher Stowe yang melukiskan derita dan nestapa budak
kulit hitam di Amerika Serikat, telah diakui sebagai salah satu pemicu perang
Saudara di Amerika dalam rangka menghapuskan perbudakan.
Dokter Zhivago karya Boris Pasternak melukiskan
hidup pelakunya yang bernama Lara yang melambangkan Ibu Rusia. Pemerintah tirai
besi Uni Soviet melarang Pasternak menerima hadiah nobel, karena novel itu
dianggap sebagai potret Rusia yang tidak dikehendaki oleh pemerintah komunis.
Ayat-Ayat Setan karya Salman Rusdie menimbulkan
kegegeran dunia, karena dianggap penghinaan terhadap Islam, sehingga Ayatulah
Khomeini menjatuhkan hukuman mati pada penulisnya yang berlindung di daratan
Inggris.
Di Indonesia, Langit Makin Mendung karya Ki Panji
Kusmin, menjadi perkara, sehingga HB Jassin selaku Pimpinan Redaksi majalah
Horison yang memuat cerita pendek itu diajukan ke pengadilan dan dinyatakan
bersalah. Sementara Iwan Simatupang, sengaja menulis drama “RT 0 – RW 0” (sekalian
dipentaskan oleh para mahasiswanya), dalam rangka memberi kuliah tentang
filsafat eksistensialis.
Pada 1980 saya menulis sebuah cerpen SEPI.
Sepi sudah saya bacakan di berbagai tempat: Jakarta,
Denpasar, Yogya, Bandung, Leiden, New York, Columbus, Ithaca, Madison, Berlin,
Tokyo, Afrika Selatan, Caribia. Kesan yang didapat oleh berbagai pendengar
bermacam-macam.
Apa yang tertangkap oleh pembaca memang
kadangkalam bisa melampaui dari apa yang mendorong dan ingin didapatkan ketika
sastra ditulis. Artinya, sebuah karya sastra, setelah jadi dan dilepaskan
kaitannya dengan penulis, menjadi sebanyak apa yang terbaca oleh pembaca.
Bahkan seorang pembaca yang membaca sebuah karya
sastra berkali-kali, akan menemukan seperti karya baru karena karya itu selalu
memberikan nuansa yang lain, sesuai dengan kondisi dan perasaan yang
membacanya.
Boen S. Oemarjati menulis disertasi tentang sajak
“Nisan” karya Chairil Anwar yang memberikan beliau gelar doktor. Padahal sajak
itu amat pendek:
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu seringgi itu atas debu
dan duka maha tuan bertakhta
Sementara HB. Jassin menulis esei panjang yang
mendalam terhadap sajak Sitor Situmorang yang berjudul Malam Lebaran. Padahal
sajak itu hanya terdiri dari satu baris saja.
Bulan di atas kuburan.
Karya sastra dengan demikian adalah sebuah
padatan atau esensi kehidupan yang disampaikan dengan “indah” oleh penulisnya
untuk mempertebal rasa kemanusiaan. Membacanya, membahasnya, memerlukan ilmu
bantu dari berbagai desiplin, sehingga bila disentuhkan kepada mahasiwa, sastra
menjadi semacam “starter”, pemicu pada penjelajahan pemikiran yang tak terbatas
ke segala arah.
Sesuatu yang sangat diperlukan oleh para
mahasiswa agar tidak terjebak seperti tikus masuk perangkap di dalam ilmu yang
ditekuninya.
Sastra akan mengimbangi pematangan, pemantapan
serta kedewasaan kepribadian seseorang yang tidak diberikan oleh kurikulum yang
hanya ingin mencetak “Manusia Indonesia Yang Cerdas Dan Kompetitif” sebagaimana
yang dicanangkan oleh “Cetak Biru” pendidikan Indonesia.
Pelajar dan mahasiswa tak cukup hanya pintar dan
menguasai bidang keilmuannya, tetapi juga mesti memahami kehidupan, masyarakat
dan realita di mana nanti dia bekerja setelah meninggalkan bangku pendidikan.
Kalau tidak, ia bisa menjadi robot yang pintar tetapi sangat berbahaya bagi
kemanusiaan.
Zen seorang kandidat doktor dari Indonesia yang
sedang belajar phisika murni di Universitas Kyoto (1991) memberikan pengakuan
bahwa ia sangat dekat dengan sastra. Dengan sastra ia dibelajarkan untuk
melakukan penjelajahan imajinasi yang tak terbatas, sehingga baginya sastra
bukan semu atau khayal, tetapi konkrit. Einstein penemu teori relativitas yang
juga suka main biola pun pernah berucap:
Hubungan sastra & seni dengan IBD dihubungkan dengan prosa
Prosa diterjemahkan sebagai cerita rekaan juga
sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai
pameran,lakuan,peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau
imajinasi. Dalam kesusastraan kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
Prosa lama meliputi :
1. Dongeng : Cerita sederhana yang tidak
benar-benar terjadi.
2. Hikayat :
Cerita pelipur lara yang sulit diterima akal,merupakan cerita rekaan,namun
memiliki pesan dan amanat bagi pembacanya.
3. Sejarah : Kejadian masa lampau yang
benar-benar terjadi atau riwayat asal-usul keturunan.4. Epos.
5. Cerita Pelipur Lara.
Prosa baru Meliputi sebagai berikut :
1. Cerpen :
Suatu bentuk prosa naratif fiktif,cenderung padat dan langsung pada
tujuannya,mengandalkan teknik teknik sastra seperti tokoh,plot,tema bahasa dan
insight.
2. Novel : Karya fiksi prosa yang
tertulis dan naratif,biasanya berbentuk cerita.3. Biografi : Kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.
4. Kisah :
Satuan naratif yang seringkali dibedakan dari cerita,seperti “Kisah Abdullah dari
Singapura ke Kelantan”.
5. Otobiografi
: Biografi yang ditulis oleh subyeknya (dikarang bersama dengan penulis lain
disebutkan sebagai “sebagaimana” atau “dengan”).
Prosa
Prosa adalah suatu jenis
tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang
dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti
leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa latin"prosa" yang artinya
"terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk
surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media
lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa
baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya
barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
Jenis
Prosa
Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis:
- Prosa naratif
- Prosa deskriptif
- Prosa eksposisi
- Prosa argumentative
Lima Komponen Dalam Prosa Lama
Prosa lama meliputi :
1. Dongeng-dongeng
2. Hikayat
3. Sejarah
4. Epos
5. Cerita pelipur lara
Lima Komponen Dalam Prosa Baru
Prosa baru meliputi :
1. Cerita pendek
2. Roman/ novel
3. Biografi
4. Kisah
5. Otobiografi
Nilai-Nilai dalam Prosa Fiksi
· Prosa fiksi memberikan kesenangan :
keistimewaannya pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalami sendiri
peristiwa tersebut.
· Prosa fiksi memberikan informasi :
memberikan sedikit informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.
· Prosa fiksi memberikan warisan kultural
: dapat menstimulasi imaginasi dan warisan budaya bangsa.
· Prosa memberikan keseimbangan wawasan :
lewat prosa fiksi sesorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman
dengan banyak individu.
Pengertian Prosa
Fiksi
prosa adalah karangan bebas yang tidak
terikat oleh kaidah yang terdapat di dalam puisi dan gampangnya sih, prosa puisi, tp bentuknya
paragraf, bukan terdiri atas bait2 kayak puisi
fiksi adalah cerita rekaan (novel, roman, dsb), pernyataan yg hanya berdasarkan khayalan atau pikiran
prosa fiksi adalah karangan bebas berupa cerita khayalan yang tidak terikat oleh kaidah yang terdapat di dalam puisi. --> jd prosa fiksi itu prosa tp cerita.
fiksi adalah cerita rekaan (novel, roman, dsb), pernyataan yg hanya berdasarkan khayalan atau pikiran
prosa fiksi adalah karangan bebas berupa cerita khayalan yang tidak terikat oleh kaidah yang terdapat di dalam puisi. --> jd prosa fiksi itu prosa tp cerita.
Nilai-nilai yang ada dalam Prosa Fiksi
Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra
antara lain :
1. Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang
diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana
mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau kejadian yang dikisahkan.
2. Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis infonnasi
yang tidak terdapat di dalam ensildopedi. Dalam novel sexing kita dapat belajan
sesuatu yang lebih datipada sejarah atau laporan jumalistik tentang kehidupan
masa kini.
3. Prosa fiksi memberikan warisan
kultural
Prosa fiksi dapat menstimuli
imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari
warisan budaya bangsa. Novel seperti Siti Nurbaya, salah asuhan, sengsara
membawa nikmat, layar terkembang mengungkapkan impian-impian, harapan-harapan,
aspirasi-aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh
generasi kini.
4. Prosa memberikan keseimbangan
wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat
menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu.
Fiksi juga memungkinkan labih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon
emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang
disajikan dalam kehidupan sendiri.
Adanya semacam kaidah kemungkinan
yang tidak mungkin dalam fiksi inilah yang memungkinkan pembaca untuk dapat
memperluas dan memperdalam persepsi dan wawasannya tentang tokoh, hidup dan
kehidupan manusia.
Contoh
Karya Sastra
Judul : Indraputra
Indraputera, putra Maharaja Bikrama Puspa adalah seorang putera
yang sangat arif bijaksana, lagi terlalu perkasa dan saktinya. Tetapi nasibnya
mula-mula tidak seberapa mujur. Semasa masih kecil, ia telah diterbangkan oleh
sekor merak emas. Ia jatuh di suatu taman dan dipelihara oleh nenek kebayan.
Sesudah beberapa lama ia diangkat menjadi anak perdana menteri.
Tersebutlah perkataan Raja Syahsian tiada mempunyai seorang
anak. Pada suatu hari baginda pergi berburu dan melihat seekor kijang menangisi
ibunya yang telah dipanah mati. Baginda terharu dan ingin berputera. Kemudian
terdengar khabar bahwa di sebuah gunung yang jauh ada tinggal seorang maharesi
pertapa yang terlalu sakti, Berma Sakti namanya. Barang siapa ingin beranak
boleh meminta obat daripadanya. Akan tetapi, karena tempat gunung terlalu jauh
dan harus melewati hutan rimba yang penuh dengan binatang buas, tiada seorang pun
yang sanggup pergi ke gunung itu. Indraputera menawarkan diri untuk pergi ke
gunung itu.
Maka pergilah Indraputera mencari obat itu. Bermacam-macam
pengalaman dialami. Ia pernah bertemu dengan tengkorak yang dapat berkata-kata,
membunuh raksasa dan bota yang makan manusia. Ia juga pernah mengunjungi negeri
jin Islam, negeri yang penghuninya kera belaka dan kalau siang hari menjadi
manusia. Ia bersahabat dengan anak raja-raja yang berasal dari golongan manusia
dan jin. Berbagai hikmat diperolehnya; ada hikmat yang dapat menciptakan negeri
langkap dengan segalanya, menciptakan angin ribut, menghidupkan orang yang
telah mati. Akhirnya sampai ia di gunung tempat pertapaan Berma Sakti. Berma
Sakti memberikan obat kepada Indraputera; di samping itu Indraputera juga
diajar berbagai hikmat. Berkata Berma Sakti kepada
Indraputera,” Hai anakku, pejamkan matamu dan citalah barang
yang engkau kehendaki niscaya sampailah ke tempat itu”. Indraputera memejamkan
matanya. ketika dibuka matanya, ia sudah ada kembali di kebun nenek kebayan di
negerinya.
Raja Syahsian dan perdana menteri sangat gembita. Setelah
memakan obat yang dibawa Indraputera, yaitu sekuntum bunga tunjung, permaisuri
hamillah dan melahirkan seorang anakyang elok parasnya yang dinamakan Tuan
Puteri Indra Seri Bulan. Pada suatu ketika Indraputera dituduh berbuat jahat
dengan dayang-dayang istana dan akhirnya Indraputera dibuang di sebuah negeri
yang kotanya terbuat dari batu hitam. Raja negeri ini sangat memuliakan
Indraputera dan memberikan hadiah sehelai kain yang dapat menyembuhkan segala
macam penyakit kepada Indraputera.
Tuan Puteri Indra Seri Bulan pun besarlah. Ramai anak raja yang
datang meminang tuan puteri. Tidak lama kemudian, tuan puteri pun sakit dan
semua tabib istana tidak dapat menyembuhkan. Maka gong pun dipalu,” Barang
siapa dapat mengobati tuan puteri, jika hina sekalipun bangsanya akan diangkat
menjadi menantu raja.” Indraputera muncul dan menyembuhkan tuan putri. setelah
dengan berbagai masalah yang menerjang akhirnya Indraputera dapat meminang Tuan
Puteri Indra Seri Bulan.
1
contoh prosa IBD yang dihubungkan dengan puisi
Ibu
Usiaku kini
telah berubah
Aku bukan lagi balita kecil
Kaulah yang telah membentuk jiwa mentah ini
Kaulah yang telah mengelola emosi labil ini
menjadi lokomotif kemajuan
Kaulah yang selalu memberiku keberuntungan
dengan nasihatmu kala malam telah larut
dan gerbang mimpi siap menghampiriku
Aku bukan lagi balita kecil
Kaulah yang telah membentuk jiwa mentah ini
Kaulah yang telah mengelola emosi labil ini
menjadi lokomotif kemajuan
Kaulah yang selalu memberiku keberuntungan
dengan nasihatmu kala malam telah larut
dan gerbang mimpi siap menghampiriku
Kala yang lain
terlelap
Kutahu kau tak pernah terlena
Pikiran, hati, jiwa, dan emosiku selalu bekerja demi masa depanku
Kau selalu berpacu dengan waktu
Karena kau yakin, tanpa itu bisa jadi
aku terlindas oleh jaman yang semakin keras
Kutahu kau tak pernah terlena
Pikiran, hati, jiwa, dan emosiku selalu bekerja demi masa depanku
Kau selalu berpacu dengan waktu
Karena kau yakin, tanpa itu bisa jadi
aku terlindas oleh jaman yang semakin keras
Kaulah
pengantar luasnya pengetahuanku
Kala wadah kosa kataku hanya bagai tetesan air
Kaulah yang memenuhinya hingga menjadi sebuah lautan
Kaulah bintang berkilauku
Yang tak akan pernah terlupakan
oleh rangkaian huruf cahaya sejarah peradaban manusia
Kala wadah kosa kataku hanya bagai tetesan air
Kaulah yang memenuhinya hingga menjadi sebuah lautan
Kaulah bintang berkilauku
Yang tak akan pernah terlupakan
oleh rangkaian huruf cahaya sejarah peradaban manusia
Andai aku bisa,
bunda
Kan kubalas segenap cinta dan kasihmu
Andai aku mampu, bunda
Kan kupersembahkan seterang kilauanmu,
sehangat dekapanmu, setulus kasihmu,
dan sebijak nasihatmu
Kan kubalas segenap cinta dan kasihmu
Andai aku mampu, bunda
Kan kupersembahkan seterang kilauanmu,
sehangat dekapanmu, setulus kasihmu,
dan sebijak nasihatmu
Kutahu, bunda
Tanganmu tak pernah lepas berharap untukku
dalam setiap do’a yang kau panjatkan
Kutahu bunda
Senyummu selalu menyapa dalam setiap kata cinta
yang keluar dari lisanmu
Kutahu bunda
Mata hatimu selalu terjaga dalam setiap derapku
Tanganmu tak pernah lepas berharap untukku
dalam setiap do’a yang kau panjatkan
Kutahu bunda
Senyummu selalu menyapa dalam setiap kata cinta
yang keluar dari lisanmu
Kutahu bunda
Mata hatimu selalu terjaga dalam setiap derapku
Ya Allah
Kutengadahkan tanganku berharap
kau membahagiakannya sepertiku kini
Ya Rabbi
Kumemohon berilah bunda mimpi yang selalu indah
Ya Rabbul Izzati
Kuberharap padaMu anugerahkan bunda kecupan hangat
Seperti yang selalu ia berikan padaku saat aku terbangun di pagi hari
Ya Illahi
Sejahterakanlah bunda
Kutengadahkan tanganku berharap
kau membahagiakannya sepertiku kini
Ya Rabbi
Kumemohon berilah bunda mimpi yang selalu indah
Ya Rabbul Izzati
Kuberharap padaMu anugerahkan bunda kecupan hangat
Seperti yang selalu ia berikan padaku saat aku terbangun di pagi hari
Ya Illahi
Sejahterakanlah bunda
Bunda, pelangi
dan matahariku
Hari ini kuhaturkan dengan tulus padamu
Hari ini kuhaturkan dengan tulus padamu
Pengertian Puisi
Puisi ( dari bahasa Yunani kuno: (
poiéo/poió ) = I create ) adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan
untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan,
meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa.Namun
perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan
dengan mendefinisikan pusi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagi perwujudan
imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreatifitas.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (
melingkar, zigzag, dll ). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis
untuk menunjukan pemikirannya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata /
suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat
puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan
untuk segala ' kenehan ' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan
penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi
lama dan puisi baru.
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau
puisi cyber belakngan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan
kaidah puisi itu sendiri yaitu ' pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif
sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan
pada pokok puisi tersebut. mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal
puisi tersebut.
1 Kreativitas penyair dalam membangun puisinya
.
Figura bahasa
(figurative language) seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan,
alegori, dsb sehinggga puisi menjadi segar, hidup menarik dan memberi kejelasan
gambaran angan.
2.
Kata-kata yang ambiquitas
yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3.
Kata-kata yang berjiwa
yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan
pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4.
Kata-kata yang konotatif
yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi
tertentu.
5.
Pengulangan,
yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan sehingga lebih
menggugah hati.
Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi dalam Ilmu
Budaya Dasar
1. Hubungan puisi dengan pengalaman
hidup manusia.
Perekaman
dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut "pengalaman
perwakilan". lin berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah
satu kebutuhan dasamya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari
sekedar kumpulan pengalaman langsung yang tethatas.Dengan pengalaman perwakilan
itu sastra/puisi dapat memberikan kepada para mahasiswa memiliki kesadaran
(insight-wawasan) yang penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang
dirinya sndiri dan tentang masyarakat.
Pendekatan
terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang
disebut "imaginative entry", yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman
hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
2. Puisi dan keinsyafan/kesadaran
individual.
Dengan
membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran
manusia, baik orang lain maupun did sendiri, karena melalui puisinya sang
penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan
pengalaman setiap orang.
3.
Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi
juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai mahluk
sosial, yang terlibat dalam isue dan problem sosial. Secara imaginatif puisi
dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa ;
- penderitaan atas ketidak adilan
- perjuangan untuk kekuasaan
- konflik dengan sesamanya
- pemberontakan terhadap hukum Tuhan
Sumber ::::
http://putuwijaya.wordpress.com/2007/11/07/peranan-sastra/http://dewaruci2.wordpress.com/2011/05/12/hubungan-ibd-dengan-kesusastraan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar